“Berikan aku seratus orang tua, maka akan kupindahkan Mahameru. Berikan aku sepuluh orang pemuda, maka akan aku guncangkan dunia.”
-Soekarno-
Pendahuluan
Saat ini Indonesia tengah digadang sebagai salah satu calon kekuatan baru perekonomian di masa depan dimana menurut prediksi salah satu lembaga keuangan global, yakni Goldman Sachs, Indonesia akan menjadi negara dengan tingkat perekonomian ketujuh di dunia pada tahun 2050. Ramalan tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya eksistensi Indonesia telah diperhitungkan secara global. Namun sayangnya realita saat ini menunjukkan fakta-fakta yang miris. Dalam headline Kompas edisi 23 Mei 2011 diangkat isu mengenai dominannya asing pada sektor-sektor strategis. Pada sektor pertambangan dominasi asing mencapai 75%. Kemudian di sektor perbankan kepemilikan asing telah menembus 50%. Lalu lebih dari setengah perusahaan telekomunikasi dikuasai asing. Kemudian dari perkebunan kelapa sawit yang menjadi primadona sektor perkebunan di dunia saat ini, pengelolaan lahan oleh asing telah menembus lahan seluas ±400.000 hektare.
Fakta-fakta yang dibeberkan oleh Harian Kompas tersebut, tak pelak mengindikasikan bahwa bangsa ini masih belum benar-benar mandiri. Proses liberalisasi atas berbagai sektor krusial yang merupakan imbas dari keikutsertaan Indonesia pada World Trade Organization (WTO) beserta kesepakatan-kesepakatan lain termasuk perjanjian hutang Indonesia dengan International Monetary Fund (IMF) yang terjadi ketika krisis moneter berlangsung satu dekade lalu mulai berdampak secara dramatis akhir-akhir ini. Ironisnya kenyataan tersebut semakin diperberat dengan peranan pemerintah dan legislatif Indonesia yang seolah bermain mata dengan membuat regulasi-regulasi yang mempermudah dominasi asing di Indonesia. Ditambah lagi dengan fakta bahwa penegakan hukum di negara ini seakan-akan mandul dalam upaya memberantas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang telah menjangkiti budaya sebagian masyarakat Indonesia secara kronis.
Lalu haruskah kita sebagai pemuda pesimis? Jika anda bertanya kepada saya, maka saya akan menjawab tidak. Jika para pemuda Indonesia telah bersikap demikian, maka sebuah mimpi besar tentang suatu negeri bernama Indonesia yang setara bahkan unggul dari bangsa lainnya di masa depan akan pudar. Padahal masa depan Indonesia di masa mendatang akan dibebankan pada para pemuda yang hidup di masa kini. Oleh karena itu api optimisme yang didukung dengan kerja keras harus senantiasa dijaga agar kita para pemuda dapat melanjutkan tongkat estafet dari generasi pendahulu kita dengan baik.
Tantangan-Tantangan dalam Mewujudkan Kemandirian Nasional
Di dalam bukunya yang berjudul Selamatkan Indonesia, Amien Rais menyampaikan bahwa salah satu penghambat terbesar dari upaya bangsa ini untuk dapat mandiri adalah karena banyaknya elite bangsa kita yang bermental inlander. Para elite Indonesia yang bermental inlander ini memiliki mentalitas layaknya seorang kuli yang tunduk pada tuannya dimana tuan dalam konteks ini adalah pihak asing yang berkepentingan untuk memanfaatkan potensi Indonesia. Celakanya hal ini didukung oleh para sebagian kaum intelektual kita yang bermental abdi penguasa. Tidak heran kekayaan alam kita sebagian besar dikelola asing. Situasi ini memberikan tantangan yang berat bagi negeri ini dalam upaya mewujudkan kemandirian bangsa.
Padahal dengan kekayaan alam yang tersebar di seluruh penjuru tanah air serta didukung dengan jumlah populasi penduduk yang telah menembus lebih dari 230 juta orang, negeri ini memiliki potensi yang begitu besar untuk tidak hanya sekedar menjadi bangsa yang mandiri, namun juga menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa lainnya. Tetapi oleh karena ulah segelintir orang serta masih bersemayamnya mentalitas negatif yang kontraproduktif membuat negeri ini masih tertahan sebagai negara berkembang.
Menghasilkan Pemuda Inovatif yang Dapat Berperan Sebagai Katalisator
Pemuda merupakan pewaris perjuangan dari generasi pendahulunya di masa depan dalam rangka melanjutkan upaya merealisasikan kemandirian nasional serta mengangkat harkat dan martabat negeri ini di mata dunia. Oleh karena itu seyogianya para pemuda telah menyiapkan diri sedari dini agar dapat menyesuaikan diri dengan gegap gempita persaingan global di masa yang akan datang.
Mengingat besarnya tantangan yang dihadapi maka tidaklah cukup menyiapkan pemuda biasa dimana perlu disiapkan pemuda yang saya istilahkan sebagai pemuda inovatif. Pemuda inovatif dalam definisi saya adalah pemuda yang mampu menjawab tantangan zaman yang senantiasa berganti dari satu era ke era lainnya dengan segala inovasi dan kreatifitas yang dimilikinya. Di masa sekarang segala hal berubah dengan cepat sehingga pergeseran dari satu era yang lama ke era yang baru seakan-akan berlangsung dengan sekejap. Akibatnya bangsa yang tidak siap maka akan tersisih dari arena persaingan global. Oleh karena itulah suatu bangsa dituntut untuk dapat menyiapkan pemuda inovatif yang mampu membawa suatu bangsa untuk dapat bersaing secara kompetitif dalam kompetisi global.
Pemuda inovatif itu sendiri setidaknya harus memiliki faktor-faktor berikut ini, yakni kepemimpinan, kompetensi, karakter, kreativitas dan koneksi. Faktor pertama, yakni kepemimpinan atau leadership mutlak harus dimiliki oleh pemuda inovatif karena mereka dituntut untuk dapat menentukan visi ke depan dari mimpi yang mereka rancang. Dalam konteksnya dengan tulisan ini maka pemuda inovatif harus mampu menyusun visi yang dapat mendekatkan bangsa ini pada selangkah lebih dekat menuju kemandirian nasional. Faktor kepemimpinan ini tentunya harus ditunjang dengan integritas agar mereka tidak menggunakan keahlian yang mereka miliki untuk kepentingan yang picik.
Faktor kedua adalah kompetensi. Seorang pemuda inovatif haruslah mampu memiliki beberapa kompetensi sebagai syarat agar ia mampu bersaing dalam kompetisi yang memiliki daya persaingan yang tinggi. Kemudian faktor ketiga adalah karakter. Tanpa adanya karakter yang tegas, maka pemuda inovatif ini dapat terseok-seok di tengah pertarungan dan selanjutnya dapat tersisih dari kompetisi.
Faktor yang keempat adalah kreativitas. Kreativitas seperti halnya inovasi merupakan suatu hal yang mutlak harus dimiliki oleh pemuda inovatif. Kreativitas dari pemuda inovatif ini senantiasa dibutuhkan oleh negara yang memerlukan ide-ide segar dan brilian untuk diimplementasikan di tingkat nasional. Lalu faktor yang kelima adalah koneksi dan kemampuan dalam berkomunikasi. Faktor ini sangatlah penting karena dalam konteks hubungan global tiap bangsa-bangsa diharuskan menjalin hubungan dengan bangsa lain. Diharapkan dengan dikuasainya faktor ini maka sang pemuda inovatif ini mampu menjalin koneksi dengan pihak-pihak di dalam maupun di luar negeri agar koneksi tersebut dapat dimanfaatkan untuik kemajuan bangsa ini.
Semua faktor-faktor ini mutlak harus dimiliki bagi pemuda inovatif karena ini merupakan faktor-faktor yang fundamental bagi pemuda inovatif untuk dapat berperan sebagai katalisator dalam upaya mewujudkan kemandirian nasional. Oleh karena itu dengan dikuasainya faktor-faktor ini oleh pemuda inovatif maka bangsa ini dapat menaruh harapan besar pada mereka. Sebab bagaimanapun juga kualitas, produktivitas, dan daya saing SDM akan menjadi kunci keberhasilan bangsa.
Penutup
Bagi saya, Compfest2011 ini merupakan acara inovatif yang dirancang oleh para pemuda inovatif. Dimana acara ini dapat memberikan imbas yang besar bagi terwujudnya kemandirian nasional, khususnya di bidang Teknologi Informasi. Mengapa demikian? Sebab sejauh yang saya ketahui acara ini merupakan acara pertama yang bertema Teknologi Informasi yang memadukan berbagai macam ragam acara dalam satu rangkaian acara yang terintegrasi yang diselenggarakan oleh para pemuda khususnya mahasiswa. Selama ini event-event seperti ini kerap diadakan oleh para event organizer besar yang telah berpengalaman.
Di samping itu acara ini juga mengemban misi mulia, yakni sebagai wujud bakti dari para pemuda yang sedang menuntut ilmu di Fasilkom UI dalam upaya menunjukkan bahwa para pemuda Indonesia mampu menyelenggarakan acara yang bermanfaat yang menunjang upaya para pemimpin bangsa ini dalam mewujudkan kemandirian nasional, khususnya di bidang Teknologi Informasi. Oleh karena itu tak salah bila mahasiswa Fasilkom UI secara langsung telah menjadi katalisator bagi upaya mewujudkan kemandirian nasional di bidang Teknologi Informasi melalui Compfest2011.
Terakhir izinkan saya menyitir kata-kata mutiara dari Shofwan Al Banna seorang pemuda Indonesia yang telah berprestasi di tingkat internasional yang berbunyi sebagai berikut,
“Mari percaya bahwa Indonesia masa depan adalah kisah tentang kegemilangan.”
Sumber Bacaan dan Referensi
Sumber Bacaan dan Referensi
- Buku Selamatkan Indonesia karangan Amien Rais
- Buku Making Globalization Works karangan Joseph E. Stiglitz
- Buku Habibie dan Ainun karangan B.J. Habibie
- Laporan studi Goldman Sachs yang dapat diakses di http://www2.goldmansachs.com/ideas/brics/book/BRIC-Full.pdf
- Headline Kompas Edisi 23 Mei 2011 dapat diakses di http://epaper.kompas.com/epaperkompas.php
- Kata mutiara dari Shafwan Al Banna disitir dari http://www.mkamal.info/indonesia-masa-depan-adalah-kegemilangan/
selamat ya jadi 25 finalis blogging competition compfest 2011 :)
BalasHapussalam kenal mas arif,, selamat juga mas, harus banyak belajar nih saya dari mas arif sang juara tahun kemarin,, kebetulan saya masih newbie di dunia blog hehe
BalasHapusSelamat ya, telah menjadi 25 finalis Compfest 2100
BalasHapus