Deretan empat angka di pojok
kanan bawah laptop telah menunjukkan pukul 01.36, namun kuatnya pengaruh kopi
yang sengaja saya campur dengan porsi gula yang sedikit membuat saya tetap
segar. Padahal saya baru saja mengarungi perjalanan yang tidak dapat dikatakan
pendek, mulai dari menghadiri pernikahan kak Wulan yang merupakan kepala divisi
humas dan publikasi MWA UI UM 2009 di Cililitan hingga sharing dengan Putu
-alumni FIM- di Pasar Festival Kuningan. Namun keinginan untuk mewarnai blog
dan tumblr saya minimal seminggu sekali dengan buah ketikan terbaru sesuai
dengan janji terbaru saya (walau janji ini telah berkali-kali saya khianati) membuat
saya tetap bertahan hingga tulisan ini selesai, tak peduli betapa padatnya
agenda saya pada hari Minggu ini.
Sesuai dengan tajuk tulisan ini,
dua hal tersebut merupakan problem yang belum dapat saya selesaikan hingga saat
ini. Meski saya tahu perihal serupa juga menghinggapi banyak teman, senior,
maupun junior saya, tetapi pada umumnya mereka telah memutuskan yang terbaik
bagi mereka. Dari kedua opsi tersebut, sebagian besar dari mereka menyerah dan
tunduk pada realitas. Tetapi sesungguhnya itu bukan hal yang salah. Bagi yang
telah terjun di tengah kejamnya dunia pasca kampus pasti memahami hal ini.
Berbeda dengan teman-teman mahasiswa yang meski sebagian (atau mayoritas?) diantaranya
telah memahami area abu-abu, namun pada umumnya masih memandang dunia dari kacamata hitam dan putih. Konsekuensi bagi
mereka yang memilih tunduk pada realitas adalah mereka terpenjara pada
rutinitas yang mereka sebenarnya tidak sukai meski hal tersebut membuat
kebutuhan primer mereka tercukupi bahkan berlebih. Sementara itu saya bersama
kaum minoritas memilih untuk berkarier sesuai dengan passion yang kita miliki.
Meski kita merasa merdeka, namun kemerdekaan tersebut selalu diiringi dengan
pertanyaan sampai mana kita mampu bertahan. Sebab apa yang kita dapat lebih
banyak berbentuk intangible daripada
yang tangible. Alhasil kemerdekaan
itu kerap berasa semu.
Lalu apakah antara passion dan
realitas bisa berjalan seiring? Jawabannya ya!!! Tetapi untuk mewujudkannya
dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu bagi mereka yang mampu
mendamaikan kedua hal ini maka dapat dipastikan bahwa mereka bukan orang
sembarangan, bahkan tidak sedikit yang menjadi orang besar mengingat berdamainya
kedua hal ini akan memuluskan jalan perealisasian mimpi besar yang kita idamkan.
Kemudian bagaimana caranya? Dari hasil
sharing saya dengan sahabat-sahabat saya, juga dengan mereka yang telah sukses dan
menjadi “tokoh” ada satu konklusi yang berhasil saya dapatkan. Hanya dengan
melakukan sesuatu yang sesuai dengan passion yang mampu kita membawa ke titik
yang kita impikan bahkan mungkin melebihi dari apa yang kita cita-citakan.
Namun dibutuhkan daya tahan yang kuat untuk mencapai titik tersebut, oleh
karena itulah unsur realitas dibutuhkan. Karena ketiadaan unsur realitas dapat
membuat kita lupa untuk menjejak bumi di kala bahan bakar yang kita butuhkan
untuk terus mengangkasa mulai menipis.
Lalu bagaimana dengan mereka yang
memilih untuk melalui jalur realitas terlebih dahulu? Apakah mereka bisa tetap mewujudkan
mimpi mereka? Jawabannya tentu saja. Bahkan
dalam opini pribadi saya, inilah jalur yang paling aman dilalui. Sebab dengan
bahan bakar yang mencukupi maka kita memiliki modal yang cukup untuk mengarungi
ke suatu angkasa yang masih asing bagi kita. Namun perlu diingat, bahwa
bisa jadi kita tak akan pernah
mengangkasa karena kita sudah terjebak dalam zona nyaman yang melenakan. Saking
nyamannya kita berada dalam zona tersebut, kita abaikan passion kita karena kita
terlalu takut untuk jatuh ketika kita mengangkasa. Akibatnya mimpi besar kita tak
pernah tergapai oleh karena kita terus terjebak dalam zona nyaman. Lalu apakah
salah jika kita terus terjebak dalam zona nyaman? Jawabannya adalah tidak jika
anda tanyakan pada saya. Sebab tidak mudah hidup dalam zona yang labil, oleh
karena itu dapat dipahami jika mayoritas manusia di muka bumi ini cenderung
mencari zona nyaman.
Sekarang bagaimana dengan saya?
Seperti yang telah saya utarakan sebelumnya bahwa saya belum selesai dalam hal
ini. Banyak pertimbangan beradu di dalam otak saya. Saya tak tahu butuh berapa
lama bagi saya untuk menyelesaikan problem ini. Satu hal yang jelas saya tidak
ingin mimpi besar saya padam. Apapun jalur yang saya pilih untuk langkah awal
saya, pada akhirnya saya harus bisa mendamaikan passion dan realitas. Ya,
semoga.........
Depok,
Pukul 03.21 WIB
Depok,
Pukul 03.21 WIB